BAB I
P E N D A H U L U A N
A. LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah endemis, yang sangat
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi, anak balita dan ibu
melahirkan serta dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Umumnya,
penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan mengancam status
kesehatan masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu, malaria masih
dipandang sebagai penyakit “rakyat”.
Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles adalah vector siklik
satu-satunya dari penyakit malaria pada manusia. Nyamuk ini relative sulit
dibedakan dengan jenis nyamuk lainnya, kecuali jika kita menggunakan kaca
pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat dengan mata telanjang adalah
posisi nyamuk Anopheles pada waktu menggigit / menusuk kulit manusia, yaitu
dengan posisi menungging. Nyamuk Anopheles ini akan menggigit/menusuk kulit
manusia pada malam hari apalagi ketika berada di luar rumah, sesudah menghisap
darah manusia nyamuk malaria ini akan beristirahat di dinding dalam rumah yang
gelap dan lembab seperti di belakang lemari, di bawah kolong tempat tidur, dan
lain-lain.
Kejadian Malaria akan meningkat seiring dengan
tingginya curah hujan, karena akan terbentuk banyak genangan air disekitar
lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk perindukan nyamuk Anopheles.
Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles, maka populasi nyamuk
tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan bertambah pula.
Penanggulangan penyakit Malaria Tropika harus
diakukan secara komperhensif dengan upaya promotif, preventif dan kuratif
dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk
mencapai hasil yang optimal, upaya preventif dan kuratif tersebut harus
dilaksanakan dengan berkualitas dan terintegrasi dengan program lainnya. Penitikberatan
pada pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti mengadakan penyuluhan,
pembekalan pengetahuan tentang penyakit Malaria Tropika dan peningkatan survey
di lapangan diharapkan akan memberikan kontribusi langsung dalam melepaskan
beban para penderita Malaria Tropika.
B.RUMUSAN
MASALAH
Bagaimanakah
daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan
penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) ?
Berapa
prevalensi penyakit Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec.
Heram Abepura?
C.TUJUAN PENELITIAN
Untuk memperoleh gambaran penyakit Malaria Tropika
(Malaria Falciparum) pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura.
Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Plasmodium falciparum hingga
dapat menyebabkan penyakit Malaria Tropika pada manusia.
Untuk mengetahui prevalensi
penyakit Malaria Tropika pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram
Abepura.
D.HIPOTESIS
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
malaria termasuk Malaria Tropika diantaranya :
1.
Parasit
Malaria
Penyakit Malaria Tropika
disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Ciri utamanya,
memiliki 2 siklus hidup, yaitu :
·
Siklus
Aseksual dalam hospes vertebrata (manusia), yang disebut skizogoni;
·
Siklus
Seksual dalam tubuh nyamuk yang disebut sporogoni.
2.
Faktor Inang (Penjamu)
Penyakit malaria (termasuk Malaria Tropika)
mempunyai 2 inang (penjamu), yaitu:
·
Manusia sebagai penjamu intermediate
Faktor
yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan
anemia yang lebih berat), imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu
dan obat anti nyamuk.
· Nyamuk Anopheles
sebagai penjamu definitive
Nyamuk
Anopheles sebagai vector penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini
membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau genangan air yang mengalir
perlahan untuk meletakkan telur-telurnya, atau sebagai tempat untuk berkembang
biak. Biasanya nyamuk Anopheles ini, aktif mencari darah mulai senja hari
hingga tengah malam.
E.LANDASAN TEORI
·
DEFINISI
MALARIA & MALARIA FALCIPARUM
Istilah malaria diambil dari dua
kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara)
atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit malaria
dan Malaria Falciparum :
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang
disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria
ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat
berlangsung akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).
Malaria adalah penyakit menular
endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh protozoa obligat
seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan ta
berdaya dengan demam tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat,
anemia dan splenomegaly yang dapat menyebabkan kematian, sering menyebabkan
komplikasi berat, malaria selebral dan anemia. Interval antara tiap serangan
kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk berkembangnya
satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini,
dapat diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut jugaplaudism.
Nama lamanya mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND,
edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah malaria
yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dengan demam paroksismal
yang ireguler. Ini dihubngkan dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah dan
merupakan bentuk malaria terparah, kadang fatal. Malaria ini sering dikaitkan
dengan gejala pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan
pembentukkan mikroinfark dalam kapiler yang mengandung eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini dapat
terjadi pada otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal,
paru, atau organ lain. Disebut jugamalignant tertian malaria dan pernicious
malaria (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah jenis malaria paling
berbahaya dan disebabkan oleh parasitPlasmodium falciparum. Malaria
Falciparum berkaitan dengan kadar tinggi parasit dalam darah dan mempunyai
tingkat kematian dan komplikasi paling tinggi diantara semua jenis malaria. Sel
darah merah yang terinfeksi dengan parasit cenderung akan kotor dan menyebabkan
mikroinfarksi (daerah kecil jaringan mati karena kekurangan oksigen) dalam
kapiler otak, liver, kelenjar adrenal, sistem usus, ginjal, paru-paru dan organ
lainnya. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit menggunakan medikasi intravena
(Kamus Kedokteran Webster’s New World, edisi ketiga, hal. 322).
Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang
dapat menimbulkan infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah :
1.
Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria
Tropika / Malaria Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24
jam. Dengan gejala demam timbul tak menentu. Sel darah merah yang diinfeksi
tidak membesar, infeksi multiple dalam sel darah merah sangat khas. Adanya
bentuk-bentuk cincin halus yang khas dengan titik kromatin rangkap walaupun
tidak ada gametositnya kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik
kromatin (nucleus) sering dijumpai pada bentuk cincinPlasmodium falciparum,
sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium
malariae hanya kadang-kadang. Sizonnya lonjong atau bulat, jarang
sekali ditemukan di dalam darah. Sizon ini menyerupai sizon Plasmodium
vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Sizon matang biasanya
mengandung 16-24 merozoit kecil. Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong
sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel yang dihinggapi Plasmdium
falciparum sering tampak titik-titik basophil yang biru dan presipitat
sitoplasma yang disebut titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai
bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan
atau batang-batang dalam sitoplasma.
2.
Plasmodium vivax
Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria
Tertiana. Plasmodium vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti
pada tahun 1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit yang
dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena
kekurangan hemoglobin dan membesar. Oleh karena Plasmodium vivax mempunyai
afinitas untuk retikulosit besar, maka pembesarannya pun tampak lebih nyata
daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak sebagai cakram
dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila tropozoit tumbuh,
maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan gerakan
emeboid yang jelas. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah
merah yang membesar itu. Intinya membelah dan menjadi sizon.
Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak, dan
mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah hampir 48 jam
sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan mengalami segmentasi.
Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma
membentuk 16-18 sel, berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron
yang disebut merozoit.
Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah
muda pucat dan sitoplasma berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai
sitoplasma yang berwarna biru dengan inti yang padat dan letaknya biasanya di
bagian pinggir dari parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir halus, bulat,
uniform, merah muda atau kemerah-merahan (titik schuffner) sering tampak di
dalam sel yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax.
3.
Plasmodium malariae
Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria
Kuartana. Plasmodium malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh
Laveran. Masa sporulasinya 3 x 24 jam.Plasmodium malariae berukuran
lebih kecil, kurang aktif, jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih sedikit
hemoglobin dibandingkan dengan Plasmodium vivax. Bentuknya seperti
cincin, mirip dengan cincin Plasmodium vivax hanya saja
sitoplasma Plasmodium malariae lebih biru dan parasitnya lebih
kecil, lebih teratur dan lebih padat.
Tropozoit yang sedang tumbuh
mempunyai butir-butir kasar berwarna tengguli tua atau hitam. Parasit ini dapat
berbentuk seperti pita yang melintang pada sel, mengandung kromatin seperti
benang dan kadang-kadang ada vakuolanya. Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya.
Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel
darah merah yang tidak membesar. Parasit menyerupai bunga serunai atau roset
dengan pigen hijau tengguli yang padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong,
masing-masing dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel
yang mengandung Plasmodium malariaebutir-butir kecil merah muda
(titik zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan
gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya
kurang.
4.
Plasmodium ovale
Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium
ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya
setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah merah yang dihinggapi
sedikit membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik schuffner yang besar
pada stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan
bergigi adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale.
Pigmen tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir
tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang yang
hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-tengah.Plasmodium
ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam
bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh,
walaupun ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan
biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat
sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium
malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.
· DAUR HIDUP PLASMODIUM
FALCIPARUM
Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab
malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain
yang menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale). Plasmodium falciparum adalah penyebab
penyakit Malaria Tropika atau Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria
yang paling banyak menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit
malaria lainnya. Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh
nyamuk. Gejala yang nampak adalah rasa menggigil, demam, pusing, berkeringat
dan gejala ini biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi edema (adanya cairan
berlebih) pada otak dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila
tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian karena Plasmodium
falciparum mempunyai laju kematian yang tinggi.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium
falciparum mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus
aseksual dalam hospes vertebrata (manusia) disebut skizogoni, dan
siklus seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.
Skizogoni
Pada
siklus aseksual ini, sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk
Anopheles, ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Dalam
waktu 30 menit, sporozoit memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium
eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah (eritrosit). Dalam
sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel
hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas masuk ke
sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel darah merah disebut stadium
eritrositik. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil
memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur eksoeritrositik.
Dalam sel darah merah mulai
tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi oleh sitoplasma tipis Plasmodium yang
membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid.
Bentuk cincin dan ameboid adalah tropozoitdalam sel darah merah
(eritrosit), tumbuh menjadi sizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan
merozoit akan pecah sehingga merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki
plasma darah. Sebagian merozoit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel
darah merah untuk mengulangi daur skizogoni. Sedangkan merozoit
yang lainnya kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual (Kus
Irianto, 2009).
Sporogoni
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di
dalam tubuh nyamuk. Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna
bersama sel-sel darah. Pada gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi
diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan gamet jantan
(mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk, sehingga dapat bergerak
aktif, didesak keluar dan lepas dari sel induk, proses ini disebut
eksflagelasi. Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit.
Perkembangan gametosit berlangsung dalam rongga perut nyamuk.
Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya
mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam waktu 12-24 jam
setelah nyamuk Anopheles menghisap darah manusia, lalu zigot berubah menjadi
bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus
dinding lambung nyamuk. Selanjutnya, ookinettumbuh menjadi ookista yang
berbentuk bulat. Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit,
sehingga ookista pecah. Dengan pecahnya ookista ,
sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh
jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludahnya. Bila nyamuk
menggigit/menusuk kulit kita, maka sporozoit bersama air ludah masuk ke dalam
darah dan jaringan kemudian dimulailah siklus praeritrositik. Daur sporogoni di
dalam nyamuk, berlangsung selama 8-12 hari (Kus Irianto, 2009).
F.METODE
PENELITIAN
Ø JENIS PENELITIAN
Jenis
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptive (menggambarkan). Dengan
menggunakan desain penelitian Case Control, karena desain ini bersifat
retrospektif, yaitu menelusuri ke belakang penyebab yang dapat menimbulkan
suatu penyakit dimasyarakat.
Ø TEMPAT PENELITIAN
Tempat
penelitian di Puskesmas Hedam Abepura.
Ø WAKTU PENELITIAN
Waktu
penelitiannya adalah pada tanggal 14 Maret 2011.
Ø POPULASI
POPULASI
Semua
pasien yang datang berobat di Puskesmas Hedam Abepura.
Ø JENIS DATA
Jenis
data dalam penelitian ini adalah data sekunder karena pengumpulan data yang
diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh
peneliti itu sendiri. Contohnya pengambilan data dari Medical
Record atau rekam medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit malaria
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa jenisplasmodium yang
menyeranng eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. (Sudoyo, 2007)
B. Etiologi
Penyebab infeksi
malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
mengeinfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk
dalam genus plasmodium dari famili plasmodidae. Pada manusia, plasmodium
menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di
eritrosit (Sudoyo, 2007). Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
anopheles betina.Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4
spesies, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang
menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang
primata). Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia maupun
vertebra lainnya. Sedangkan hospes definitifnya yaitu nyamuk anopheles.
(Mansjoer, 2001)
C. Epidemiologi
Infeksi malaria
tersebar lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika, dan daerah
Oceania serta kepulauan Karibia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh
malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta
per tahun. Di Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah
sampai ke Utara, Maluku, Irian Jaya serta dari Lombok hingga Nusa Tenggara
merupakan daerah endemis malaria dengan P. Falciparum dan P.
Vivax. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam
kasus malaria cenderung meningkat. (Sudoyo, 2007)
Perbedaan prevalensi menurut umur dan
jenis kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang
lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat meningkatkan
resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang
terinfeksi malaria adalah: (Gunawan, 2000)
1.
Ras
atau suku bangsa
Pada penduduk
benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga lebih tahan
terhadap infeksi P. Falciparum karena HbS dapat menghambat
perkembangbiakan P. Falciparum.
2.
Kekurangan
enzim tertentu
Kekurangan
terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)memberikan
perlindungan terhadap infeksi P. Falciparum yang berat. Defisiensi
terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada
wanita.
3.
Kekebalan
pada malaria terjadi apabila tubuh mampu menghancurkanPlasmodium yang
masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
D. Daur
Hidup
Parasit malaria
memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina.
3.
Siklus
pada manusia
Pada waktu
nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah
selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel
hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P.
vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh
menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps. (Nugroho, 2000)
Merozoit yang berasal dari skizon hati
yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi sela darah
merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut
skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit
yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang
disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian
merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu
gametosit jantan dan betina. (Nugroho, 2000)
4.
Siklus
pada nyamuk anopheles betina
Apabila nyamuk anopheles betina
menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan
dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang
menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit
yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. (Sudoyo,
2007)
Masa inkubasi
atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi,
tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau
rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam
darah dengan pemeriksaan mikroskopik. (Nugroho, 2000)
E. Patogenesis
Malaria
Patogenesis
malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh
darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding
dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung
parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan
fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit
keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena
terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. (Gandahusada, 1998)
Limpa mengalami
pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa
dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari
eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis
terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme
patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga
menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur
danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut
meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,sitoadherensi,
sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi
merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum
pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit
juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk
roset.
Resetting adalah
suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung merozoit
matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga
berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan
B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak
terinfeksi.
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis
malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
Penghancuran
eritrosit
Fagositosis
tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap
eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan
hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi
hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan gagal
ginjal.
2.
Mediator
endotoksin-makrofag
Pada saat
skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitive
endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal dari
saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis
tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah
manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat
menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang
dewasa.
3.
Sekuestrasi
eritrosit yang terluka
Eritrosit yang
terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs)pada
permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi
malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit
terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di
sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan
membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia
dan edema jaringan.
F. Gejala
Malaria sebagai
penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala
utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak
terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia
tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia
dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai
berikut: (Nugroho, 2000)
1.
Masa
inkubasi
Masa inkubasi
biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P.
falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan
pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi
(misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2.
Keluhan-keluhan
prodromal
Keluhan-keluhan
prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu,
sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia,
perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.
Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal
tidak jelas.
3.
Gejala-gejala
umum
Gejala-gejala
klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan: (Sudoyo, 2007)
a. Periode
dingin
Dimulai dengan
menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan
selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode
panas
Wajah penderita
terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap
tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi
syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam
atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode
berkeringat
Penderita
berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek
dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
G. Komplikasi
Hampir semua
kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada infeksi P.
falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya
digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai
infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih
komplikasi sebagai berikut: (Mansjoer, 2001)
1.
Malaria
serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2.
Anemia
berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/µl.
3.
Gagal
ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin
>3mg%.
4.
Edema
paru.
5.
Hipoglikemia:
gula darah <40 mg%.
6.
Gagal
sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7.
Perdarahan
spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8.
Kejang
berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9.
Asidemia
(Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik
hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria
pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan
ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.
BAB III
PEMBAHASAN
Di bawah
ini merupakan tabel prevalensi penyakit Malaria Tropika di Puskesmas Hedam pada
tahun 2009.
TABEL 1.
Prevalensi Penderita Malaria Tropika (Malaria Falciparum) Berdasarkan Umur dan
Jenis kelamin Pada Tahun 2009
No.
|
TAHUN
|
UMUR
|
JENIS
KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
1.
|
2009
|
0-1
tahun
|
39
orang
|
43
orang
|
1-4
tahun
|
152
orang
|
135
orang
|
||
5-9
tahun
|
124
orang
|
104
orang
|
||
10-14
tahun
|
109
orang
|
66
orang
|
||
15-19
tahun
|
98
orang
|
97
orang
|
||
20-44
tahun
|
232
orang
|
237
orang
|
||
J U M L
A H
|
754
orang
|
682
orang
|
Sumber :
Rekam Medis Puskesmas Hedam Kec. Heram tahun 2009.
Kejadian
Malaria akan meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan
terbentuk banyak genangan air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal
untuk perindukan nyamuk Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk
Anopheles, maka populasi nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah
penularannya akan bertambah pula.
v
USAHA
PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA TROPIKA
Pencegahan
Malaria Tropika dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Menggunakan kelambu pada waktu
tidur;
2. Mengolesi badan dengan obat anti
gigitan nyamuk (seperti AUTAN);
3. Menggunakan pembasmi serangga
(seperti Baygon);
4. Memasang kawat kasa pada jendela
dan ventilasi;
5. Letak tempat tinggal diusahakan
jauh dari kandang ternak;
6. Mencegah penderita Malaria
Tropika dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar lebih jauh lagi;
7. Membersihkan tempat hinggap atau
tempat istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk;
8. Hindari keadaan rumah yang
lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air
9. Membunuh jentik nyamuk dengan
memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan nila dan ikan mujair;
10. Melestarikan hutan bakau sebagai
habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai
11. Penyemprotan dengan insektisida
seperti DDT 2 gr/m2 2 kali setahun dan
Pyrethrum untuk membunuh imagonya (serangga dewasa). Jika nyamuk Anopheles
bersentuhan dengan insecticida, akan mati dalam waktu 24-48 jam;
12. Pengobatan kepada semua penderita
untuk penyembuhan dan meniadakan sumber penularan;
13. Turut aktif dalam usaha-usaha
pemberantasan malaria yang lain.
KERANGKA TEORI
HOST
MANUSIA : Host Intermediate.
Umur
dan jenis kelamin
ANOPHELES sp. : Host Definitif
|
AGENT
Protozoa
Plasmodium falciparum
|
ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)
1. L. FISIK
2. L. BIOLOGI
3. L. SOSIAL-BUDAYA
|
KERANGKA KONSEP
VARIABEL BEBAS
UMUR :
20-44 thn
(Usia
Produktif)
|
Angka
kesakitan Malaria Tropika di Puskesmas Hedam
|
Pasien
Malaria
Tropika
|
VARIABEL TERIKAT
JENIS
KELAMIN
LAKI-LAKI
&
PEREMPUAN
|
Rekam Medik
Puskesmas Hedam
|
BAB IV
PENUTUP
Ø KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit yang
ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu, Anopheles, disebabkan oleh
parasit, Plasmodium , yang menginfeksi sel-sel darah merah;
Malaria pada manusia disebabkan oleh Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,Plasmodium ovale, dan Plasmodium vivax.
Jenis yang paling serius menyebabkan
malaria dari empat jenis umum Plasmodium adalah Plasmodium
falciparum.
Plasmodium falciparum menyebabkan
malaria tropika, malaria yang paling patogenik dan seringkali berakibat
fatal. Dalam siklus hidupnya, Plasmodium mempunyai dua hospes, yaitu
pada manusia dan nyamuk.
Gejala dari malaria termasuk demam,
menggigil, arthralgia (sakit persendian), muntah, sakit kepala, anemia (yang
disebabkan oleh hemolisis), hemoglobinuria, kerusakan retina, dan
kejang-kejang.
Ø DAFTAR PUSAKA
1. Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu
Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
2. Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
A. Harijanto,P,N., Nugroho, Agung.,
Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
B. Sudoyo, Aru., Setioyohadi,
Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti (ed).
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta :
Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.
- http://adirasoziety.blogspot.com/2012/08/laporan-tutorial-malaria.html