You can replace this text by going to "Layout" and then "Edit HTML" section. A welcome message will look lovely here.
RSS

Sabtu, 18 Januari 2014

Laporan Penyakit Malaria

BAB I
P E N D A H U L U A N


A.  LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah endemis, yang sangat mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Umumnya, penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan mengancam status kesehatan masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu, malaria masih dipandang sebagai penyakit “rakyat”.
Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles adalah vector siklik satu-satunya dari penyakit malaria pada manusia. Nyamuk ini relative sulit dibedakan dengan jenis nyamuk lainnya, kecuali jika kita menggunakan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat dengan mata telanjang adalah posisi nyamuk Anopheles pada waktu menggigit / menusuk kulit manusia, yaitu dengan posisi menungging. Nyamuk Anopheles ini akan menggigit/menusuk kulit manusia pada malam hari apalagi ketika berada di luar rumah, sesudah menghisap darah manusia nyamuk malaria ini akan beristirahat di dinding dalam rumah yang gelap dan lembab seperti di belakang lemari, di bawah kolong tempat tidur, dan lain-lain.
Kejadian Malaria akan meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan terbentuk banyak genangan air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk perindukan nyamuk Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles, maka populasi nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan bertambah pula.
Penanggulangan penyakit Malaria Tropika harus diakukan secara komperhensif dengan upaya promotif, preventif dan kuratif dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal, upaya preventif dan kuratif tersebut harus dilaksanakan dengan berkualitas dan terintegrasi dengan program lainnya. Penitikberatan pada pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti mengadakan penyuluhan, pembekalan pengetahuan tentang penyakit Malaria Tropika dan peningkatan survey di lapangan diharapkan akan memberikan kontribusi langsung dalam melepaskan beban para penderita Malaria Tropika.
B.RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) ?
Berapa prevalensi penyakit Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura?

C.TUJUAN PENELITIAN

Untuk  memperoleh gambaran penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura. Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Plasmodium falciparum hingga dapat menyebabkan penyakit Malaria Tropika pada manusia.
Untuk mengetahui prevalensi penyakit Malaria Tropika pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura.
D.HIPOTESIS
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit malaria termasuk Malaria Tropika diantaranya :
1.      Parasit Malaria
Penyakit Malaria Tropika disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Ciri utamanya, memiliki 2 siklus hidup, yaitu :
·         Siklus Aseksual dalam hospes vertebrata (manusia), yang disebut skizogoni;
·         Siklus Seksual dalam tubuh nyamuk yang disebut sporogoni.

2.    Faktor Inang (Penjamu)
Penyakit malaria (termasuk Malaria Tropika) mempunyai 2 inang (penjamu), yaitu:
·         Manusia sebagai penjamu intermediate
Faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat), imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu dan obat anti nyamuk.
·        Nyamuk Anopheles sebagai penjamu definitive

Nyamuk Anopheles sebagai vector penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau genangan air yang mengalir perlahan untuk meletakkan telur-telurnya, atau sebagai tempat untuk berkembang biak. Biasanya nyamuk Anopheles ini, aktif mencari darah mulai senja hari hingga tengah malam.
E.LANDASAN TEORI
·      DEFINISI MALARIA & MALARIA FALCIPARUM
Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit malaria dan Malaria Falciparum :
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).
Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat menyebabkan kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria selebral dan anemia. Interval antara tiap serangan kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk berkembangnya satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini, dapat diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut jugaplaudism. Nama lamanya mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dengan demam paroksismal yang ireguler. Ini dihubngkan dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah dan merupakan bentuk malaria terparah, kadang fatal. Malaria ini sering dikaitkan dengan gejala pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan pembentukkan mikroinfark dalam kapiler yang mengandung eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini dapat terjadi pada otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal, paru, atau organ lain. Disebut jugamalignant tertian malaria dan pernicious malaria (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah jenis malaria paling berbahaya dan disebabkan oleh parasitPlasmodium falciparum. Malaria Falciparum berkaitan dengan kadar tinggi parasit dalam darah dan mempunyai tingkat kematian dan komplikasi paling tinggi diantara semua jenis malaria. Sel darah merah yang terinfeksi dengan parasit cenderung akan kotor dan menyebabkan mikroinfarksi (daerah kecil jaringan mati karena kekurangan oksigen) dalam kapiler otak, liver, kelenjar adrenal, sistem usus, ginjal, paru-paru dan organ lainnya. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit menggunakan medikasi intravena (Kamus Kedokteran Webster’s New World, edisi ketiga, hal. 322).

Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang dapat menimbulkan infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah :
1.      Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria Tropika / Malaria Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24 jam. Dengan gejala demam timbul tak menentu. Sel darah merah yang diinfeksi tidak membesar, infeksi multiple dalam sel darah merah sangat khas. Adanya bentuk-bentuk cincin halus yang khas dengan titik kromatin rangkap walaupun tidak ada gametositnya kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik kromatin (nucleus) sering dijumpai pada bentuk cincinPlasmodium falciparum, sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae hanya kadang-kadang. Sizonnya lonjong atau bulat, jarang sekali ditemukan di dalam darah. Sizon ini menyerupai sizon Plasmodium vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Sizon matang biasanya mengandung 16-24 merozoit kecil. Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel yang dihinggapi Plasmdium falciparum sering tampak titik-titik basophil yang biru dan presipitat sitoplasma yang disebut titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan atau batang-batang dalam sitoplasma.

2.    Plasmodium vivax
Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria Tertiana. Plasmodium vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti pada tahun 1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit yang dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin dan membesar. Oleh karena Plasmodium vivax mempunyai afinitas untuk retikulosit besar, maka pembesarannya pun tampak lebih nyata daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak sebagai cakram dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila tropozoit tumbuh, maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan gerakan emeboid yang jelas. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah merah yang membesar itu. Intinya membelah dan menjadi sizon. Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak, dan mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah hampir 48 jam sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel, berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron yang disebut merozoit.
Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti yang padat dan letaknya biasanya di bagian pinggir dari parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir halus, bulat, uniform, merah muda atau kemerah-merahan (titik schuffner) sering tampak di dalam sel yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax.

3.    Plasmodium malariae
Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria Kuartana. Plasmodium malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh Laveran. Masa sporulasinya 3 x 24 jam.Plasmodium malariae berukuran lebih kecil, kurang aktif, jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan dengan Plasmodium vivax. Bentuknya seperti cincin, mirip dengan cincin Plasmodium vivax hanya saja sitoplasma Plasmodium malariae lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan lebih padat.
Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir kasar berwarna tengguli tua atau hitam. Parasit ini dapat berbentuk seperti pita yang melintang pada sel, mengandung kromatin seperti benang dan kadang-kadang ada vakuolanya. Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya. Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah merah yang tidak membesar. Parasit menyerupai bunga serunai atau roset dengan pigen hijau tengguli yang padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong, masing-masing dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel yang mengandung Plasmodium malariaebutir-butir kecil merah muda (titik zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya kurang.

4.    Plasmodium ovale
Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah merah yang dihinggapi sedikit membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik schuffner yang besar pada stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan bergigi adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale. Pigmen tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang yang hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-tengah.Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.

·      DAUR HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM
Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale)Plasmodium falciparum adalah penyebab penyakit Malaria Tropika atau Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria yang paling banyak menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit malaria lainnya. Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh nyamuk. Gejala yang nampak adalah rasa menggigil, demam, pusing, berkeringat dan gejala ini biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi edema (adanya cairan berlebih) pada otak dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian karena Plasmodium falciparum mempunyai laju kematian yang tinggi.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium falciparum mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual dalam hospes vertebrata (manusia) disebut skizogoni, dan siklus seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.

Skizogoni
Pada siklus aseksual ini, sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit, sporozoit memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah (eritrosit). Dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas masuk ke sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel darah merah disebut stadium eritrositik. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur eksoeritrositik.
Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi oleh sitoplasma tipis Plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan ameboid adalah tropozoitdalam sel darah merah (eritrosit), tumbuh menjadi sizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah sehingga merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki plasma darah. Sebagian merozoit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah untuk mengulangi daur skizogoni. Sedangkan merozoit yang lainnya kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual (Kus Irianto, 2009).


Sporogoni
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam tubuh nyamuk. Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna bersama sel-sel darah. Pada gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan gamet jantan (mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk, sehingga dapat bergerak aktif, didesak keluar dan lepas dari sel induk, proses ini disebut eksflagelasi. Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam rongga perut nyamuk.
Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam waktu 12-24 jam setelah nyamuk Anopheles menghisap darah manusia, lalu zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk. Selanjutnya, ookinettumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat. Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit, sehingga ookista pecah. Dengan pecahnya ookista , sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludahnya. Bila nyamuk menggigit/menusuk kulit kita, maka sporozoit bersama air ludah masuk ke dalam darah dan jaringan kemudian dimulailah siklus praeritrositik. Daur sporogoni di dalam nyamuk, berlangsung selama 8-12 hari (Kus Irianto, 2009).


F.METODE PENELITIAN

Ø  JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptive (menggambarkan). Dengan menggunakan desain penelitian Case Control, karena desain ini bersifat retrospektif, yaitu menelusuri ke belakang penyebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit dimasyarakat.

Ø  TEMPAT PENELITIAN
Tempat penelitian di Puskesmas Hedam Abepura.
Ø  WAKTU PENELITIAN
Waktu penelitiannya adalah pada tanggal 14 Maret 2011.
Ø  POPULASI
POPULASI
Semua pasien yang datang berobat di Puskesmas Hedam Abepura.
Ø  JENIS DATA
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder karena pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Contohnya pengambilan data dari Medical Record atau rekam medis.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A.   Definisi
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa jenisplasmodium yang menyeranng eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. (Sudoyo, 2007)

B.   Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga mengeinfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk dalam genus plasmodium dari famili plasmodidae. Pada manusia, plasmodium menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit (Sudoyo, 2007). Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang primata). Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia maupun vertebra lainnya. Sedangkan hospes definitifnya yaitu nyamuk anopheles. (Mansjoer, 2001)


C.   Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika, dan daerah Oceania serta kepulauan Karibia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. Di Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara, Maluku, Irian Jaya serta dari Lombok hingga Nusa Tenggara merupakan daerah endemis malaria dengan P. Falciparum dan P. Vivax. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam kasus malaria cenderung meningkat. (Sudoyo, 2007)
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat meningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah: (Gunawan, 2000)
1.        Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. Falciparum karena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P. Falciparum.
2.        Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)memberikan perlindungan terhadap infeksi P. Falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.
3.      Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu menghancurkanPlasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.


D.   Daur Hidup
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina.
3.      Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk anopheles  infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps. (Nugroho, 2000)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina. (Nugroho, 2000)
4.      Siklus pada nyamuk anopheles betina
Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. (Sudoyo, 2007)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan  mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik. (Nugroho, 2000)

E.    Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. (Gandahusada, 1998)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset.
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.      Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
2.      Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang dewasa.
3.      Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs)pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.

F.    Gejala
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut: (Nugroho, 2000)
1.      Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2.      Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum  terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3.      Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berurutan: (Sudoyo, 2007)
a.       Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.      Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c.       Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.


G.   Komplikasi
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut: (Mansjoer, 2001)
1.      Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2.      Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/µl.
3.       Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4.      Edema paru.
5.      Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6.      Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7.      Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8.      Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9.      Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10.  Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11.  Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.


BAB III
PEMBAHASAN



Di bawah ini merupakan tabel prevalensi penyakit Malaria Tropika di Puskesmas Hedam pada tahun 2009.
TABEL 1. Prevalensi Penderita Malaria Tropika (Malaria Falciparum) Berdasarkan Umur dan Jenis kelamin Pada Tahun 2009
No.
TAHUN
UMUR
JENIS KELAMIN
Laki-Laki
Perempuan
1.
2009
0-1 tahun
39 orang
43 orang
1-4 tahun
152 orang
135 orang
5-9 tahun
124 orang
104 orang
10-14 tahun
109 orang
66 orang
15-19 tahun
98 orang
97 orang
20-44 tahun
232 orang
237 orang
J U M L A H
754 orang
682 orang
Sumber : Rekam Medis Puskesmas Hedam Kec. Heram tahun 2009.
Kejadian Malaria akan meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan terbentuk banyak genangan air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk perindukan nyamuk Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles, maka populasi nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan bertambah pula.

v   USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA TROPIKA
Pencegahan Malaria Tropika dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1.      Menggunakan kelambu pada waktu tidur;
2.      Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (seperti AUTAN);
3.      Menggunakan pembasmi serangga (seperti Baygon);
4.      Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi;
5.      Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak;
6.      Mencegah penderita Malaria Tropika dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar lebih jauh lagi;
7.      Membersihkan tempat hinggap atau tempat istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk;
8.      Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air
9.      Membunuh jentik nyamuk dengan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan nila dan ikan mujair;
10.  Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai
11.  Penyemprotan dengan insektisida seperti DDT 2 gr/m2 2 kali setahun dan Pyrethrum untuk membunuh imagonya (serangga dewasa). Jika nyamuk Anopheles bersentuhan dengan insecticida, akan mati dalam waktu 24-48 jam;
12.  Pengobatan kepada semua penderita untuk penyembuhan dan meniadakan sumber penularan;
13.  Turut aktif dalam usaha-usaha pemberantasan malaria yang lain.

KERANGKA TEORI
HOST
MANUSIA : Host Intermediate.
Umur dan jenis kelamin
ANOPHELES sp. : Host Definitif

AGENT
Protozoa
Plasmodium falciparum

ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)
1.      L. FISIK
2.      L. BIOLOGI
3.      L. SOSIAL-BUDAYA

KERANGKA KONSEP
VARIABEL BEBAS
UMUR : 20-44 thn
(Usia Produktif)

Angka kesakitan Malaria Tropika di Puskesmas Hedam

Pasien Malaria
Tropika

VARIABEL TERIKAT
JENIS KELAMIN
LAKI-LAKI &
PEREMPUAN

Rekam Medik
Puskesmas Hedam


BAB IV
PENUTUP


Ø  KESIMPULAN

            Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu, Anopheles, disebabkan oleh parasit, Plasmodium , yang menginfeksi sel-sel darah merah; Malaria pada manusia disebabkan oleh Plasmodium falciparumPlasmodium malariae,Plasmodium ovale, dan Plasmodium vivax
Jenis yang paling serius menyebabkan malaria dari empat jenis umum Plasmodium adalah Plasmodium falciparum.
            Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika, malaria yang paling  patogenik dan seringkali berakibat fatal. Dalam siklus hidupnya, Plasmodium mempunyai dua hospes, yaitu pada manusia dan nyamuk.
            Gejala dari malaria termasuk demam, menggigil, arthralgia (sakit persendian), muntah, sakit kepala, anemia (yang disebabkan oleh hemolisis), hemoglobinuria, kerusakan retina, dan kejang-kejang.

  
Ø  DAFTAR PUSAKA

1.      Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2.      Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
A.    Harijanto,P,N., Nugroho, Agung., Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
B.     Sudoyo, Aru., Setioyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti (ed). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.

  1. http://adirasoziety.blogspot.com/2012/08/laporan-tutorial-malaria.html

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS